“Lihat berita ini, ISIS memang brengsek, masak orang dibakar hidup-hidup, begini ini nih Islam, agama kok bar-bar banget sih,” seru Rendi. Saya kaget dengan kata-katanya.
“Lo, bentar, kok malah menghujat Islam? Pelakunya kan ISIS,” tanya saya, ada mangkel di hati dengar kata-katanya yang menggebyah uyah/ menggeneralisir tuduhannya, seakan agama Islam beserta pemeluknya itu brengsek semua, termasuk saya.
“Lihat saja berita ini, manusia mana yang membakar orang hidup-hidup kalau nggak manusia primitif, mana katanya agama damai, bullshit, gombal banget !!” hardik Rendi.
Saya paham pikirannya, cerminan Islam hanya dia dapat dari ISIS itu. Ya berterima kasihlah pada media yang kurang menyajikan berita yang berimbang, sehingga orang-orang non-muslim gampang menuduh Islam berdasarkan apa yang disajikan media. Saya pun mikir dalam hati, lah kalau semua muslim itu brengsek, sudah dari dulu kamu tak gorok, lantaran mulutmu yang sering gak bisa diatur. Tapi saya coba menjawab hujatannya itu dengan cara halus.
“Gini, mas, di Indonesia ini ada kok yang gak brengsek, contohnya NU, buktinya tiap natal selalu njaga gereja, kalau NU ikutan brengsek juga, ya pasti gereja-gereja malah dipasangi mercon sama anak-anak Banser,” Jawab saya.
“O iya, ya... Kenapa kok gak nyontoh NU saja mereka, damai kan enak, heran,” ujar Rendi.
“Nah, udah ngerti kan? Jadi jangan digeneralisir to,” saut saya. Rendi manggut-manggut setuju dan terdiam sejenak. Saya lega akhirnya dia berubah pandangannya tentang Islam. Tapi ternyata saya salah duga.
“NU memang seperti mutiara Nusantara. Islam itu memang benar-benar brengsek, saya gak suka Islam, tapi saya suka NU, saya percaya sama NU,”ujar Rendi dengan gaya sok berfilosofi.
Saya mendelik kaget mendengar kesimpulannya itu. Demi mencerna kata-katanya, saya sampai mengulang perkataannya dalam hati. Entah, campur aduk rasanya mendengar itu, antara sedih, marah dan bangga. Saya yang salah ngomong atau dia yang pikirannya rada miring. Kalau dipikir-pikir, lha mbok pikir Islam itu apanya NU ? dasar utek koplak, pisuhan saya dalam hati.
Tapi daripada berantem, nanti dia malah gencar menghujat Islam, saya pun memilih mendiamkannya. Lumayanlah dia masih menyadari ada NU. Semoga dengan itu, suatu hari dia bakalan ngerti........ kalau dia itu koplak.