KHR. Abdul Fattah lahir pada Kamis Pon, 11 Syawal 1290 H/ 1872 M di Mangunsari Kedungwaru Tulungagung. KHR. Abdul Fattah seorang ulama yang menguasai berbagai bidang ilmu agama Islam yang diperoleh dari berbagai ulama.
Beliau belajar ilmu tauhid kepada KH. Imam Bahri, PP Mangunsari, Pace Nganjuk. Belajar ilmu tasawwuf kepada K. Zaenuddin, PP Mojosari, Loceret Nganjuk. Belajar ilmu Fiqh kepada KH. Zaenuddin, PP Cempaka, Brebek Nganjuk. Belajar ilmu tafsir kepada KH. Idris, PP Jamsaren Solo. Belajar ilmu Hadits kepada KH. Hasyim Asy’ari, PP Tebuireng Jombang. Belajar ilmu Nahwu (Gramatika) kepada KH. Kholil, Bangkalan Madura. Belajar Al Qur’an kepada KH. Munawir, PP Krapyak Yogyakarta. Dan belajar berbagai bidang ilmu agama Islam kepada KH. Sayyid Zein dan KH. Mahfudz At- Turmusy di Masjidil Haram Makkah Saudi Arabia. Waktu yang dihabiskan KHR. Abdul Fattah untuk belajar berbagai ilmu agama Islam di berbagai pondok pesantren tersebut selama 24 tahun.
Setiap hari Senin dan Jum’at beliau biasanya membaca sholawat dziba’ rotibul hadad, tahlil dan dzikir bersama- sama dengan santri . Pada suatu ketika, setelah melakukan amal- amalan bersama santri, beliau membagi makanan dan minuman yang dipersiapkan sendiri. Yang membuat para santri heran adalah nasi yang disediakan hanya satu belanga dan satu kendi minuman, namun nasi dan minuman tersebut bisa mencukupi hadirin yang jumlahnya ratusan dan itupun masih tersisa.
Pada suatu hari Kyai Khobir bercerita: Kyai Khobir dan bapak Wardud mengantarkan makanan beserta lauk pauknya ke tempat KHR. Abdul Fattah. Beliau hanya mengambil setengah dari makanan yang dihidangkan dan yang setengah lagi disuruh membawa pulang. Setelah sampai di rumah, ternyata makanan yang tadinya tinggal separo kembali utuh seperti semula.
Menurut cerita H. Tholhah Josermo (Surabaya), disaat KHR. Abdul Fattah bermukim di pondok Mangunsari Pace Nganjuk, pada suatu malam Kyai Imam Bahri (ayah gus Mundir) melihat cahaya yang bersinar cemerlang dari kamar KHR. Abdul Fattah yang sedang tidur di dalamnya. Akhirnya disaat itu pula KHR. Abdul Fattah dibaiat sebagai thoriqoh kholwatiyah oleh Kyai Imam Bahri, pimpinan pondok Mangussari Pace Nganjuk.
KHR. Abdul Fattah sebagai perintis dan pelopor penggalian benda bersejarah, terutama makam- makam kuno. Beliaulah yang menemukan dan menggali makam Bedalem Campurdarat yang didalamnya dimakamkan pejuang- pejuang Islam, yaitu Pangeran Benowo, Raden Patah dan Dampu Awang. Setelah ditemukan makam Bedalem beliau menyuruh Kyai Maklum untuk merawat makam dan mempelopori dakwah Islamiyah di Campurdarat. Disamping itu beliau juga mendirikan masjid di Bedalem.
Beliau wafat pada hari Selasa Pon, 3 Robiul Akhir 1372 H ( 29 Nopember 1954 M) dan dimakamkan di barat masjid pondok Mangunsari, sehari setelah meninggalnya, pada hari Rabu Wage, 4 Robiul Akhir 1372 H (30 Nopember 1954 M).
Lahu Al-Faatihah