Friday, August 21, 2015

Keteguhan Istri Seorang Ulama

Yang sering terlupakan tapi tak boleh dilupakan


Ketika santrinya semakin banyak, KH. Manab Abd. Karim didatangi oleh utusan dari magelang tempat kelahiran beliau yg meminta beliau untuk pulang ke magelang dan mendirikan pesantren di sana serta disediakan masjid, rumah dan tanah yang bisa menunjang kehidupan beliau. Mbah kyai menyerahkan kepada Nyai Dlomroh binti KH. Sholeh untuk menjawabnya.


Nyai Dlomroh pun menjawab dg ucapan yg ditujukan kpd mbah yai Manab: "Kyai, kalau njenengan pulang ke Magelang silahkan, tapi pulangkan saya ke bapak saya. Tapi bila njenengan tetap disini maka njenengan fokus mengaji dan ngopeni santri sementara untuk urusan ma'isyah (kebutuhan sehari-hari) saya yg menyanggupi".


Demikianlah, Nyai Dlomroh setiap harinya berangkat ke pasar Bandar untuk berjualan kebutuhan dapur yg kulakan dr daerah pegunungan besuki juga kain batik yg langsung dibatik dg tangan beliau sendiri. Seiring waktu, beliau mulai menyewa sawah yang ternyata sukses sehingga bisa membeli sawah sendiri, bahkam bisa membeli tanah yang berada disekitar tempat tinggal beliai.


Alhasil, semua tanah komplek asrama santri pondok pesantren Lirboyo yg lama dan yg kemudian ditinggali oleh putri-putri dan cucu beliau di Lirboyo adalah hasil dari jerih payah beliau.


Semoga amal jariyah beliau diterima oleh Alloh SWT dan kita mendapatkan berkah dr pancaran keikhlasan dan ilmu dari Mbah KH. Manab Abd. Karim dan istrinya serta para penerusnya.


Lahu Al-Faatihah