Suka gak suka itu urusan masing-masing, setuju tak setuju itu hak asasi masing-masing pribadi, yang pasti pasti ada hikmah dibalik sebuah kisah. Ambil hikmahnya dan buang ketidak pantasannya wal hasil hati kita akan adem dan suuuuuuanteee poool.
Kisah ini adalah kisah mbelingnya para Gus ( putra kiyai ) yang walaupun mbeling, tapi otaknya super. Jadi kalau anda sadar bukan putra kiai dan gak cerdas-cerdas amat, jangan sembarangan niru, malah ancur jadinya. Monggo kita simak kisahnya.
===================================
Gus Kholil & Gus Miek
Sewaktu mondok di Lirboyo, partner mbeling terdekat Kyai Kholil adalah Gus Miek (Kyai Hamim Jazuli). Pernah, ditengah pelajaran Madrasah, Santri Kholil yang tempat duduknya didekat jendela, disapa Gus Mik dari luar.
“Keluar, Gus!” kata Gus Miek, setengah berbisik.
“Ada apa?” Sahut Santri Kholil.
“Nonton bioskop… ada filem bagus!”
Santri Kholil ragu, “Masih pelajaran ini…”
“Lompat saja!”
Ketika guru menghadap papan tulis, Santri Kholil melompat keluar dari jendela. Santri-santri lain tak berani menegur tingkah gus-gus itu.
===================================
Santri Kiyai Umar
Kyai Umar, beliau adalah Kyai yang sangat di segani oleh masyarakat. Santrinya banyak. Dan juga banyak yang mbeling, bahkan ndalem sering kecolongan, karena banyaknya yang mbeling, hingga pengurus pondok kuwalahan. Dan akhirnya Sang Kyai turun tangan. Beliau meminta Lurah pondok untuk mendata/merengking santri-santri mbeling. Karena sang lurah juga sudah jengkel, ia berpendapat
"Ini saatnya bikin kapok santri-santri badung, di hajar langsung sama Mbah Yai,"
Karena sudah mendapatkan mandat dari Romo Yai, sang lurah langsung bertindak. Di lembaran kertas besar, dia mencatat santri-santri mbeling. Lalu diserahkan pada Romo Kyai.
"Niki Romo, jumlah santri mbeling 70,"
"Yo wes, matur nuwun yo," jawab Mbah Yai Umar.
Lalu di tunggu-tunggu hampir 1 bulan tak ada perubahan dari Romo Kyai. Lalu lurah itu bertanya pada Romo Kyai.
"Punten Romo Yai, setelah ditulis daftar santri-santri mbeling, kok belum ada tindakan dari Romo Yai ?"
"He he. Gini loh le, santri mbeling itu wajar, masuk pondok keadaan nakal kok, maka dari itu mereka mondok biar gak nakal, biar bisa ngaji. Aku memerintah kamu mendata santri nakal itu, kalo aku sedang tahajud, santri-santri yang mbeling aku khususkan doanya daripada santri lainnya,".
Lurah hanya mlongo.
Setelah beberapa tahun dari kejadian itu, ada salah seorang kyai muda, ganteng, dengan ribuan santri di pesantren sedang mengadakan haul. Sebgai pembicara adalah Gus Mus. Ketika Gus Mus bertausiah, beliau menceritakan santri-santri mbeling di pesantrennya Romo Kyai Umar. Semua jama'ah tertawa, hanya kyai muda itu yang tertunduk lesu. Setelah tausiah Gus Mus selesai, Kyai muda itu langsung memeluk Gus Mus.
"Ada apa Kyai, dari tadi kok lesu saja ?" tanya Gus Mus.
"Yai, yang anda ceritakan tadi, tentang santri-santri mbeling di pondok Kyai Umar, saya adalah santri ternakal yang dicatat di urutan teratas, Yai. untung Yai tidak menyebut nama santri Termbeling itu. Terima kasih, Yai.
Giliran Gus Mus yang tertawa terbahak-bahak.
"Oalah, jadi itu sampeyan to, Hahahahaha,"
===================================
Santrinya Mbah Yai Kholil
Syahdan salah seorang santri Kiyai Kholil begitu mbelingnya sehingga amat sering dimarahi. Setiap kali memarahi, Kiyai Kholil mengatainya dengan: “kucing belang”! Teman-teman si santri prihatin.
“Akan jadi apa nasib anak itu nanti, dimarahi Kyai berkali-kali kok tidak kapok-kapok, sampai dikata-katai begitu,"
Siapa sangka, belakangan si santri mbeling menjadi kyai yang disegani. Teman-temannya heran, hingga ada yang datang untuk bertanya.
“Kok bisa?” Kiyai-mantan-santri-mbeling tercenung, mengenang gurunya.
“Kalian nggak tahu”, katanya, “Dulu itu, setiap Kyai Kholil mengataiku ‘kucing belang’, aku malah tambah bersemangat,”
“Kok bisa?”
“Kamu tahu enggak, kucing belang itu apa?”
“Kucing mbeling?” Kiyai-mantan-santri-mbeling tertawa.
“Itu menurut pengertianmu,”, katanya, “aku sendiri memaknainya: macan!”
===================================
Gus Dur Dan Teriakan Polisi
Gus Dur saat nyantri dulu, memang terkenal mbeling, beliau suka menggoda teman-temannya. Bukan hanya teman-temannya, gurunya pun ikut digoda.
Menurut Ilham ( teman mondok Gus Dur), salah seorang gurunya, KH Khudlori, paling takut terhadap polisi. Gus Dur memanfaatkan hal itu untuk menggoda dia. Suatu kali, saat KH Khudlori sedang makan, Gus Dur berteriak-teriak di luar.
"Polisi, polisi," teriak Gus Dur.
Mendengar itu, sontak KH Khudlori semburat masuk kamar meninggalkan makanannya. Namun, setelah tahu digoda, KH Khudlori kembali meneruskan makannya sambil berkata.
"Ada-ada saja Gus Dur itu," ucap KH Khudlori kala itu.
SEKIAN
Sumber : Pengemis Gurun Pasir