Sunday, April 19, 2015

Kertas Dan Qolam

Kang Dullah adalah seorang santri yang setiap harinya ngabdi di ndalem Mbah Yai-nya, dia selalu mendampingi kemanapun Mbah Yai pergi, “sami’na wa ‘atho’na”-nya sangat patut diacungi jempol. Tidak ada kata tidak apalagi pikir dua kali ketika Mbah Yai sudah memerintahnya. Sayangnya satu kekurangan Kang Dullah, dia sedikit budi alias budeg dikit.


Suatu pagi di hari Jumat, Mbah Yai sedang mencari inspirasi untuk khutbah Jumat di ruang tamu. Akhirnya inspirasi pun didapat lewat kitab-kitab yang sedang dibacanya, tapi Mbah Yai lupa membawa pena dan kertas yang ada di kamarnya. Maka Mbah Yai memanggil Kang Dullah untuk dimintai tolong. Yang dipanggil itu pun segera menghadap Mbah Yai.




“Dalem, Mbah Yai,” ucap Kang Dullah penuh ta’dzim.

“Ngg.. kertas lalu qolam, Cung !” Titah Mbah Yai singkat pada Kang Dullah tanpa lepas matanya dari kitab yang dibaca, sambil tangannya menunjuk ke arah belakang ndalem. Maksudnya menunjukkan pada Kang Dullah, bahwa letak kertas dan pena tersebut ada di dalam kamar Mbah Yai.

“Nggih, Mbah Yai,” Jawab Kang Dullah, tanpa ba-bi-bu, Kang Dullah langsung lari ke belakang.

Mbah Yai menunggu Kang Dullah sambil terus membaca kitab yang dipegangnya. Semenit, dua menit, tiga menit sampai sepuluh menit, Mbah Yai heran kok Kang Dullah gak muncul-muncul. Akhirnya Mbah Yai ke belakang, karena penasaran kemana Kang Dullah berada. Mbah Yai memanggil-manggil Kang Dullah sambil memeriksa kamar Mbah Yai maupun kamar Kang Dullah sendiri, yang disuruh tadi gak ada tandanya.

Ada suara gebyur-gebyur dari arah kolam belakang ndalem. Mbah Yai pun ke belakang ndalem yang ada kolam ikannya itu, mungkin dia ada di sana, begitu pikir Mbah Yai. Begitu sampai di kolam ikan, Mbah Yai kaget, dilihatnya Kang Dullah lagi gebyuran dan nyemplung di kolam ikan. Kang Dullah malah nyengir-nyengir ke arah Mbah Yai.

“Astaghfirullah, Dullah, ngapain kamu nyemplung kolam ? Kan aku nyuruh kamu ambilin kertas dan qolam, kok malah mandi di kolam?” Seru Mbah Yai terperanjat heran. Mimik Kang Dullah berubah kaget.

“Loh, Mbah Yai tadi nyuruh saya ngambil kertas dan qolam ? saya kira Mbah Yai tadi bilang “lekas nyemplung kolam” ”. Rupanya budeg kang Dullah kumat.

“Aduh, Dullaaaah...!! ” Mbah Yai tepok jidat.