Thursday, May 7, 2015

Ulama Nusantara Dalam Wacana Dunia Keilmuan Islam Abad 17- 19 M

Semenjak abad 17 M, Nusantara bisa dibilang banyak melahirkan putra-putra terbaiknya dalam bidang keilmuan islam. Beberapa diantaranya bahkan masyhur di dunia islam secara umum dan menjadi tokoh besar yang sangat berpengaruh dalam literatur keilmuan. Sebut saja semisal Syeikh Abdur Rauf Singkili, Syeikh Nawawi bin Umar Banten, Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syeikh Mahfudz bin Abdullah bin Abdul Mannan Termas-Pacitan, dan masih banyak lagi.


Para Ulama-Ulama tersebut adalah orang yang membuka jendela keilmuan di Nusantara. Bisa dikatakan, mereka ibarat jembatan awal yang menghubungkan mata rantai keilmuan (sanad) antara Ulama Jawa dengan Ulama islam secara umum. Dari mereka pula transmisi madzhab dan kitab-kitab islam ke Nusantara dimulai. Hal ini bisa kita baca dari biografi mereka yang bisa kita baca dalam buku-buku sejarah dan buku tsabat mereka. (Tsabat : kumpulan Guru dan sanad Ulama).


Sepanjang catatan sejarah, Hampir tak diketemukan fenomena keilmuan yang mencolok di Nusantara sebelum abad-abad tersebut. Kalau-pun ada, mungkin gaungnya tak sekeras pada masa berikutnya. Ambil contoh seperti dalam kerajaan Samudera Pasai. Ibnu Bathuthah, seorang penglana muslim menulis dalam buju rihlah-nya : bahwa di era kerajaan Samudera Pasai, sudah banyak Ulama Syafi’iyah yang dikirim ke kerajaan.dan juga terdapat banyak tempat-tempat kajian madzhab Syafi’i. Namun sekali lagi, mata rantai seperti yang kami maksudkan itu belum terlihat coraknya.


Baru di abad ke 17, Transmisi keilmuan antar bangsa itu mulai terjalin secara lebih jelas. Jaringan keilmuan dan genealogi sanad pun mulai terbentuk secara rapi. Hal ini bisa dibuktikan dengan hadirnya Syeikh Nurud Din ar-Raniri (w. 1068 H / 1658 M), Hamzah Fanshuri, dan Abdur Rauf Singkili (w. 1105 / 1693 M).


Di era sesudahnya, estafet keilmuan mereka berdua diteruskan oleh Syeikh Yusuf al-Makassari. Murid dari Nurud Din ar-Raniri ini juga tecatat mempunya genealogi keilmuan dengan Ulama islam di Dunia islam. Tercatat bahwa ia pernah belajar dengan Ali bin Muhammad as-Syaibani az-Zabidi (w 1072 / 1661 M). Seorang ahli hadits kenamaan dari daratan Yaman. Ia juga pernah belajar dengan Ibrahim al-Kurani, bahkan dipercaya untuk menyalin naskah Al-Durrat al-Fakhirah dan Risalah fi al-Wujud karya Nur al-Din al-Jami (w. 898 / 1492 M). Perlu digarisbawahi, bahwa Ibrahim al-Kuani ini merupakan salah satu murid dari Nur al-Din Ali as-Syibramilsi (w. 1082 M), salah satu tokoh kenamaan madzhab Syafi’i yang menulis Hasyiyah dari Nihayah al-Muhtaj karya imam Muhammad Ramli (w. 1004 H).


Singkatnya, sebagaimana ditulis Azyumardi Azra dalam bukunya, Jaringan Ulama Nusantara abad 17, bahwa Abdur Rauf as-Sinkili, Nurud Din ar-Raniri dan Yusuf al-Makassari (w. 1111 H / 1699 M) merupakan tokoh terpenting dalam sanad keilmuan di Nusantara pada abad 17.


Kemudian di abad 18 M, jaringan keulamaan Nusantara dengan dunia islam itu terjalin semakin erat. Tercatat ada ratusan Ulama-Ulama Nusantara yang berbondong-bondong belajar ke Makkah-Madinah. Bahkan tak jarang, mereka juga menduduki staf pengajar dan imam di Masjidil Haram. Serta menjadi tokoh kenamaan dalam lingkaran keilmuan di abad tsb. Semisal Syeikh Arsyad Banjar (w. 1227 / 1812), Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani (w. 1203 H / 1789 M) , Abdul Wahhab al-Bughisi. Ketiganya adalah murid dari Syeikh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi, mufti syafi’iyah ternama di Madinah, serta penulis beberapa kitab penting seperti Fawaid al-Madaniyah, Hasyiyah al-Madaniyah atas Mukhtashar Bafadhal dan banyak lagi. Kemudian disusul dengan era Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (w. 1334 / 1916 M), Syeikh Nawawi bin Umar al-Jawi (w. 1316 H / 1898 M, dan masih banyak lagi.


Rereferensi :


• Jaringan Ulama Nusantara abad 17, karya Azyumardi Azra.
• Mukhtashar Nasyr an-Nur wa al-Zuhr Hal 369, Abdullah Mirdad Abu al-Khair (w. 1343 H)
• A’lam al-Makkiyin hal 758, karya Abdullah bin Abdur Rahman al-Mualimi.
• Tahqiq Dzakhair al-Qudsiyah, hal 11 – 23, Muhammad Abu Bakar Badzaib

Sumber : Mumahamad Machin, Kudus.