Dari ratusan Ulama Nusantara yang masyhur di dunia islam di abad 18 M, setidak-nya terdapat 3 (tiga) tokoh Ulama yang berdarah Kudus. Ketiganya adalah satu silsilah keturunan. Yakni Syeikh Ali bin Abdul Qadir Khatib bin Abdullah Qudus (w. 1293 H / 1874 M), kemudian puteranya, Abdul Hamid bin Ali Qudus, dan cucunya yang bernama Ali bin Abdul Hamid bin Ali Qudus. Keduanya merupakan Ulama masyhur yang banyak mendidik Ulama-Ulama kondang. Mereka juga menyandang gelar sebagai pengajar di Masjidil Haram. Salah satu prestasi prestisius saat itu yang tidak bisa disandang sembarangan orang.
Dalam tulisan di bawah ini, penulis akan mengupas biografi singkat tentang Syeikh Ali Qudus terlebih dulu. Mengingat beliau-lah tokoh utama yang berasal dari Kudus dalam percaturan Ulama Hijaz. Serta karena lahir dan masa kecilnya adalah Kudus itu sendiri.
Nama lengkap beliau adalah Ali bin Abdul Qadir bin Abdullah Qudus. Tak diketahui kapan ia lahir, Hanya saja ia lahir di daerah Kudus-Jawa tengah. Nenek moyangnya sebenarnya berasal dari Yaman, kemudian mereka hijrah ke Indonesia dan banyak mempunyai keturunan di sini.
Saat beranjak dewasa, Syeikh Ali Qudus melakukan rihlah ilmiah ke kota Makkah. Ia belajar dari para Ulama-Ulama kondang saat itu. Diantaranya kepada Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan (w. 1304 / 1886 H), Syeikh Ahmad Nahrawi (w. 1291 H / 1872 M), Syeikh Yusuf as-Sunbulawini (w. 1285 H / 1866 M), dll. Dari beberapa guru yang ia serap ilmunya, Syeikh Ahmad Zaini Dahlan-lah yang paling lama ia pelajari. Darinya ia belajar berbagai macam ilmu, dan akhirnya memperoleh seluruh sanad keilmuan yang dimilikinya.
Puncak kelimuan Syeikh Ali Qudus terjadi saat ia mendapat restu dari syeikh Ahmad Zaini Dahlan untuk mengajar di Masjidil Haram. Prestasi ini, menurut Abdul Wahab Abu Sulaiman adalah merupakan gelar ilmiah yang prestisius. Karena menjadi staf pengajar di Masjidil Haram memudahkan seseorang untuk menjadi Qadhi (Hakim), Mufti, Khatib, imam Masjidil Haram dan Guru besar Islam.
Sesudah menjadi staf pengajar ini, Syeikh Ali Qudus mulai sibuk mengajar diri di Masjidil Haram. Banyak orang-orang jawa yang datang ke halaqah-nya dan menjadi muridnya. Berbagai kitab-kitab Ulama satu persatu dibaca. Puteranya, Abdul Hamid Qudus sempat mengatakan bahwa ayah-nya pernah mengajar kitab Syarh Taqrib karangan Qadhi Abu Syuja’, dan Syarh al-Ajurumiyah satu tahun sebelum wafatnya.
Syeikh Ali Qudus terhitung sukses dalam mendidik murid-muridnya. Banyak para Ulama yang lahir dari hasil didikannya tsb. Diantaranya adalah putranya sendiri, Syeikh Abdul Hamid bin Ali Qudus. Sebagaimana ayahnya, Syeikh Abdul Hamid Qudus juga menjadi pengajar di Masjidil Haram. Bahkan ia sempat ditunjuk Syarif Ali Pasya untuk menjadi imam madzhab Syafi’i di Masjidil Haram.
Syeikh Abdul Hamid Qudus juga sangat produktif dalam menulis. Tak kurang ia menghasilkan 21 karya ilmiah dalam berbagai disiplim ilmu. Menurut Abdul Wahab Abu Sulaiman, Karya Syeikh Abdul Hamid Qudus ini merupakan salah karya-karyanya paling ditunggu oleh para penerbit kitab saat itu. Syeikh Ali bin Abdul Qadir Qudus wafat di Makkah pada tahun 1293 H / 1875 M. Dan meninggalkan 3 orang putera. Syeikh Ali Qudus dmakamkan di pemakaman Ma’la.
Gelar Qudus dalam nama Ali Qudus dan Abdul Hamid Qudus.
Banyak pihak yang meragukan bahwa nama Qudus dalam gelar Syeikh Ali Qudus dan Abdul Hamid Qudus merujuk kepada kota kudus – Jawa tengah. Sebagian pihak mengatakan bahwa Qudus di situ yang dimaksud adalah Qudus-Palestina. Sementara pihak lain mengatakan, Qudus di situ berasal dari Yaman. Hal ini janggal. Sebab Abdullah Mirdad Abu al-Khair (w. 1343 H) yang notabene semasa dengan Syeikh Abdul Hamid Qudus menulis dalam Mukhtashar Nasyr an-Nur wa az-Zuhr (cetakan 1986 M) bahwa gelar Qudus menunjuk kepada kota Kudus di Jawa yang merupakan tempat lahir Syeikh Ali Qudus. Demikian pula yang dikatakan Abdullah bin Abdur Rahman al-Muallimi dalam A’lam al-Makkiyin.
Lebih jelas lagi, Abu Bakar Badzaib dalam tahqiq-nya terhadap buku Dzakhair al-Qudsiyah, mengutip keterangan langsung dari Ali bin Abdul Hamid bin Ali Qudus (cucu Syeikh Ali Qudus), bahwa Qudus yang dimaksud adalah daerah yang dekat dengan Semarang.
Hemat penulis, faktor yang menyebabkan sebagian pihak mengatakan bahwa Qudus di sini merujuk kepada Qudus di Palestina, adalah karena adanya keserupaan dengan istilah Quds yang biasa merujuk kepada Palestina.
Sedangkan dugaan kedua, bahwa Kudus yang dimaksud adalah berasal dari Yaman, memang sedikit bisa dibenarkan. Hal ini karena memang Nenek moyang Syeikh Ali Qudus berasal dari Yaman. Namun perlu digaris bawahi, bahwa mereka itu sempat hijrah ke Indonesia, dan melahirkan keturunan-keturunan di sini. Diantaranya adalah Syeikh Ali Qudus yang lahir di Kudus-Jawa tengah.
Lahu Al-Faatihah
Sumber : Mumahamad Machin, Kudus.