Ketika menjabat sebagai Sekjen PBNU (1954-1962), KH. Saifuddin Zuhri ikut membantu Ketua Umum PBNU KH Idham Chalid yang waktu itu juga Wakil Perdana Menteri II dan Kepala Badan Keamanan. Mereka berdua membentuk satu barisan kiai anti separatisme dan terorisme berbaju agama. Barisan kiai itu bernama Kiai-kiai Pembantu Keamanan (disingkat KPK), yang terdiri dari sejumlah kiai dari beberapa propinsi yang di daerahnya ada gerakan separatis DI/TII. KH Muslich Purwokerto (1910-1998) diangkat sebagai komandan nasionalnya.
Para kiai itu ikut digerakkan untuk membendung gerakan-gerakan separatisme yang menggunakan dalih-dalih agama. Mereka ikut membantu aparat militer dalam menjaga keamanan. Dalam setiap pengajain dan majlis taklim para kiai mengajak penduduk untuk menolak segenap ajakan dan kampanye DI/TII. Bagi para kiai, gerakan separatis itu mengorbankan rakyat. Apa yang dilakukan pemerintah sudah benar, tentara harus menumpas gerombolan pengganggu itu. Umat islam diajak dengan sungguh sungguh melaksanakan panggilan sebagai orang Islam, dan juga sebagai warga negara yang punya kesadaran mematuhi ajaran agama serta hidup damai dalam NKRI.
Kontribusi para kiai itu ternyata efektif. Gerakan DI/TII akhirnya bisa ditumpas. Para pendukungnya banyak yang menyerah. Kertosuwiryo sendiri ditangkap, dan akhirnya dieksekusi mati pada tahun 1962.
Sumber : Ahmad Baso