
Kakek beliau Qutub Syekh Syaiban Al Iraqi Al Bagdadi, sepupu Imam Ahmad Bin Hambal Assyaibani. Beliau bermarga Assyaibani. Beliau pernah menuntut ilmu agama di Mekkah, hafal Al-Qur'an dan hadits dan telah melaksanakan Ibadah Haji sebanyak 28 kali. Pada usia 30 tahun beliau hijrah ke Yaman. Kemudian beliau hijrah ke daerah Timur. Sampai di Aceh menikah dengan Cut Nazilah. Beliau menyebarkan agama Islam di Indonesia mulai dari Aceh sampai Ternate, dengan cara Tut Wuri Handayani. Sehingga banyak kalangan Elite dan Pejabat waktu itu yang masuk agama Islam.
Postur tubuhnya tinggi besar, hidung mancung, warna kulit cokelat. Beliau selalu mamakai jubah dan surban warna kuning krem, membawa tongkat panjang/tongkat khotbah yang ujungnya berlambang Ka’bah dalam lingkaran tasbih, ditengah Ka’bah ada gambar bintang segi lima. Beliau selalu berdzikir "Allah...Allah" dan membaca sholawat. Sholawat khusus beliau adalah “BISSMIKAALLOHUMMA WABIHAMDIKA SHOLLI ‘ALA SAYIDINA MUHAMMAD WA ALIHI WASHOHBIHI WABARIK WASALLIM WAKARRIM”. Juga melakukan puasa Wishol yaitu puasa 40 hari 40 malam tanpa tidur.
Thoriqot beliau, thoriqot Mulamiyyah dari Baghdad. Mursyid atau Gurunya adalah Imam Hamdun Al Qozar dari zaman Tabi’in. Thoriqot ini sebagian ajarannya mengajarkan “Tidak menunjukan kebaikan diri dan tidak pula menyimpan kejelekan di hati”. Isteri-isteri beliau : · Cut Nazilah dari Aceh, Sheikhah Aisyah Binti Muhammad Al Marbawi dari Aceh, Signorita Miguela dari Portugis, Roro Wulandari Bibi dari Minak Koncar Lumajang. Keturunan-keturunannya tersebar di berbagai bangsa.


Karomah Syeikh Abdurrohman Assyaibani RA adalah : Bisa berbicara semua Bahasa, termasuk bahasa malaikat, jin dan hewan. · Segala hajat yang diinginkan beliau pasti terkabul, karena keramat beliau Kun Fayakun. · Dalam berdakwah tidak membutuhkan kendaraan, kemana-mana asal tujuan dakwah bisa sampai tujuan dalam hitungan detik.
Fatwa-fatwa Syeikh Abdurrohman Assyaibani RA diantaranya : Allah itu Maha Segalanya. Taqwa itu sholat, tasbih dan puasa, Islam itu damai seluruh dunia, Ilmu itu supaya bertambah, harus di amalkan. Makan itu untuk hidup, kalau tidak terpaksa tidak makan, Hukum dan pemeritah itu apa kata rakyat.
Murid-murid Syeikh Abdurrohman Assyaibani RA, diantaranya: · Syekh Abdullah (dulu makamnya di SDN 1 atau BRI Lumajang. Sekarang dipindah ke makam umum Jogoyudan Lumajang), Syekh Muhammad Anas dari Demak (Makamnya di belakang Masjid Jamik Anas Mahfud Lumajang).
Demikian sejarah singkat dan riwayat hidup Syeikh Abdurrohman Assyaibani.
Sumber : Al Ustad Al Habib Aly Muhammad Ben Alwy via Saif Ali Bamanu